Hujan
baru saja berhenti di luar, menyisakan senja dan langit yang tampak melebar,
meluas, membekas pada dahan-dahan pohon, helai-helai daun, dan lembar-lembar
kalender. Hujan adalah mahluk purba yang tak pernah lupa membawa berita dari
masa lampau, katanya; hujan tidak pernah lupa debaran semangat atau kabar niat,
menggugat setiap geliat.
Bagiku,
hujan bahkan lebih dari itu; hujan adalah ingatan tentang kehidupan yang
dicipta dengan penuh kesabaran; hujan adalah se per Sembilan puluh Sembilan
nikmat. Hujan adalah nafas yang menghubungkan kita dengan langit. Dan hujan
pula, yang mengalirkan darah dalam nadi, ibu anak-anak bumi.
Hujanlah
yang mengutus arus arah sungai, menjadi pengiring serunai, mengirimkan bebuah
seuntai, menumbuhkan bebunga setangkai. Hujan pulalah arimbi dari kata-kata
manis yang mampu menggubah hatimu, menyembunyikan leluka jiwamu.
Puisi
oleh Bezie Galih Manggala. (Novel Catatan Musim, Tyas Effendi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar